Kamis, 28 November 2013

posisi commuter line


Yuk Cek Posisi KRL dari Ponsel Anda

Untuk penumpang KRL di Jabodetabek PT KAI (Daop1) dan PT KAI Commuter Jabodetabek selalu berupaya memberikan peningkatan pelayanan. Kali ini kami sedang mengembangkan  sistem aplikasi untuk memantau keberadaan kereta untuk setiap nomor KA, aplikasi dapat di akses melalui Komputer, Blackberry, Android, iPhone/iPad, dan semua handphone yang mendukung internet browser.

Aplikasi tersebut dapat diakses melalui alamat : http://infoka.krl.co.id/to/[kode stasiun] Contoh : untuk melihat kereta-kereta yang melalui stasiun Juanda maka alamat yang harus diakses adalah : http://infoka.krl.co.id/to/jua Contoh : untuk stasiun Jakartakota, maka alamat yang harus diakses adalah : http://infoka.krl.co.id/to/jak

Berikut Kode singkatan Stasiun :
# Jakartakota : JAK
# Jayakarta : JYK
# Manggabesar : MGB
# Sawahbesar : SW
# Juanda : JUA
# Gambir : GMR
# Gondangdia : GDD
# Cikini : CKI
# Manggarai : MRI
# Tebet : TEB
# Cawang : CW
# Durenkalibata : DRN
# Pasarminggubaru : PSMB
# Pasarminggu : PSM
# Tanjungbarat : TNT
# Lentengagung : LNA
# Universitaspancasila : UP
# Universitasindonesia : UI
# Pondokcina : POC
# Depokbaru : DPB
# Depok : DP
# Citayam : CTA
# Bojonggede : BJD
# Cilebut : CLT
# Bogor : BOO
# Bekasi : BKS
# Kranji : KRI
# Cakung : CUK
# Klenderbaru : KLDB
# Buaran : BUA
# Klender : KLD
# Jatinegara : JNG
# Pondokjati : POK
# Kramat : KMT
# Gangsentiong : GST
# Pasarsenen : PSE
# Kemayoran : KMO
# Rajawali : RJW
# Kampungbandan : KPB
# Ancol : AC
# Tanjungpriok : TPK
# Tanggerang : TNG
# Batuceper : BPR
# Poris : PI
# Kalideres : KDS
# Rawabuaya : RW
# Bojongindah : BOI
# Pesing : PSG
# Duri : DU
# Tanahabang : THB
# Angke : AK
# Karet : KRT
# Sudirman : SUD
# Serpong : SRP
# Rawabuntu : RU
# Sudimara : SDM
# Jurangmangu : JRU
# Podokranji : PDJ
# Kebayoran : KBY
# Palmerah : PLM

Jumat, 15 Maret 2013

HIDUP MEWAH DENGAN PARADIGMA ISLAM
( Taujih Ust Anis Matta )
Gaya hidupnya high class pun dicapai dengan paradigma Islami, juga dengan kerja keras dan merubah mindset orang kampung jadi Pengusaha Sukses..

Saya punya 1 halaqah yang terdiri dan anak-anak LIPIA, Mereka datangnya dari kampung, dari pesantren semuanya. Saya tahu mereka ini membawa background, di backmindnya itu ada psikologi orang kampung yang tidak pernah bermimpi menjadi orang kaya. Saya tanya kamu nanti setelah selesai dari LIPIA mau kemana? Mereka bilang Insya Allah kita mau pulang ke kampung mengajar di Ma’had, mengajar Bahasa Arab, Suatu hari saya ajak mereka, hari ini tidak ada liqa’, tapi saya tunggu kalian di Hotel Mulia. Saya ada di suatu tempat dan mereka tidak melihat saya. Saya suruh mereka berdiri saja di lobby. Mereka datang pakai ransel karena mahasiswa datang pakai ransel, diperiksa lama oleh security. Karena penampilannya sebagai orang miskin dicurigai membawa bom. Saya lihat dari atas. Itu masalah strata, kalau antum datang pakai jas dan dasi tidak ada yang periksa antum di situ, karena yang datang pakai ransel tampang kumuh. Kemudian mereka bertanya di mana antum ustadz, saya bilang antum tunggu saja di situ. Saya dekat dengan mereka tapi mereka tidak melihat, saya hanya memperhatikan apa yang mereka lakukan. Kira-kira 2 jam mereka saya suruh di situ, mondar-mandir di lobby. Minggu depan saya tanya apa yang antum lihat disana. Orang lalu lalang, jawab mereka.

Saya tanya, pertama, apakah ada satu orang yang lalu lalang yang antum lihat yang mukanya jelek, dia bilang tidak ada. Semuanya ganteng-ganteng semuanya cantik-cantik. Jadi ada korelasi antara wajah dan kekayaan, Makin kaya seseorang makin baik wajahnya. Kedua, ada tidak yang memakai pakaian yang tidak rapi kecuali antum. Dia bilang tidak ada, semuanya rapi. Jadi dengan latihan seperti ini pikirannya sedikit mulai terbuka. Karena ia membawa bibit dalam pikirannya untuk menjadi orang miskin. Sekarang alhamdulillah mereka bertiga sekarang ini sedang kuliah di Ul ambil S2 Ekonomi Islam.

Ikhwah sekalian jadi kita perbaiki insting kita. Pertama kali kita perbaiki tsaqafah kita. Jadi hadirkan buku-buku itu ke dalam rumah dan mulai dari sekarang anak-anak kita juga mulai diajari tentang uang. Ikutilah kursus-kursus tentang enterpreneurship supaya kita dapat memperbaiki dulu citra kita tentang uang.
Kedua, menyiapkan diri untuk menjadi kaya. Orang-orang kaya yang bijak itu mempunyai nasehat yang bagus, mereka mengatakan “sebelum Anda menjadi kaya latihanlah terlebih dahulu menjadi kaya”. Hiduplah dengan hidup gaya orang kaya. Orang kaya itu optimis. Bagi orang kaya biasanya tidak ada yang susah. Bagi mereka semuanya mungkin, karena itu mereka selalu optimis. Jadi yang harus dihilangkan dari kita itu adalah pesimis. Saya punya seorang teman sekarang menjadi kaya, dia datang ke Jakarta hanya sebagai pelatih karate dan tidak ada duitnya, tapi supaya tidak ketahuan oleh istrinya bahwa dia tidak punya pekerjaan, setiap habis sholat subuh dia pergi lari olahraga, setelah itu dia memakai pakaian rapi lalu keluar rumah. Dia juga tidak tahu mau kemana yang penting ke luar rumah. Istrinya tidak tahu kalau dia tidak punya pekerjaan. Nanti di jalan baru ditentukan siapa yang dia temui hari ini.

Langkah pertama perbaiki dahulu sirkulasi darah kita, olahraga dulu, supaya wajah segar makan yang banyak. Banyaklah makan yang enak, daging. Sering-sering makan yang enak. Menurut Utsman bin Affan makanan paling enak itu adalah kambing muda. Setiap hari mereka makan kambing muda. Makan yang enak, olah raga yang bagus supaya wajah kita berseri. Syeikh Muhammad Al-Ghozali dalam kitab Jaddid Hayataka mengatakan kenapa orang-orang Barat itu pipinya merah, karena sirkulasi darahnya bagus, gizinya bagus. Sedangkan kita orang-orang timur kalau ketemu itu auranya pesimis, tidak ada harapan. Biasakanlah kalau orang ketemu kita ada harapan yang terlihat, makanya kalau pilih warna baju pilihlah yang cerah-cerah, Ibnu Taimiyah mengatakan ada hubungan antara madzhab dan batin kita, pakaian apa yang kita pakai itu mempengaruhi kondisi kejiwaan kita. Jangan pakai pakaian orang tua. Ada anak umur 25 tahun pakaiannya pakaian orang tua, bagaimana nanti kalau umurnya 50 tahun pakaiannya seperti apa. Tampillah sebagai anak muda. Cukur rambut yang bagus, cukur kumis yang rapi janggut dirapikan. Rapi, supaya kita kelihatan ada optimisms. Belajarlah sedikit latihan menatap supaya sorotan mata kita kuat, perlu sedikit latihan menatap. Misalnya di pagi hari atau sore hari menjelang matahari terbenam, antum tatap matahari dan tidak berkedip matanya. Kalau bisa antum bertahan 1 menit itu bagus, Latihan saja sendiri. Di dalam kamar ambil lilin, matikan lampu, antum tatap itu lilin dan matanya tidak berkedip dan tidak berair. Nanti kaiau sudah terbiasa pandangan matanya kuat. Jadi kalau olahraga teratur, sirkulasi udara bagus, pikiran jadi segar, tsaqafah kita bertambah mulai memakai pakaian yang cerah-cerah. Makanya Rasulullah itu senangnya memakai baju putih. Jangan pakai yang gelap-gelap atau warna yang tidak menunjukan semangat hidup. Jangan juga berpenampilan seperti orang tua. Sekadar untuk menunjukkan kita ini kelompok orang-orang shaleh kita pakai baju taqwa, itu pakaian orang Cina, pakailah baju yang segar agar dapat menunjukkan bahwa kita ada semangat. Walaupun Anda sudah berumur pun tetap pakai pakaian yang muda, jangan berpenampilan tua, Artinya kita harus merendahkan diri, sebab uban tanpa diundang dia akan datang. Tadi tidak perlu menua-nuakan diri dengan sekadar tampil kelihatan dewasa, tua, bijak. Tampillah sebagai anak muda yang gesit dan optimis.

Ketiga, bergaullah dengan orang-orang kaya, perbanyak teman-teman antum dan kalangan tersebut. Ini tidak bertentangan dengan hadits yang mengatakan dalam bab rezeki lihatlah kepada yang dibawah dan jangan lihat kepada yang di atas. Antum tidak sedang tamak ke hartanya, tetapi antum sedang belajar kepada mereka. Dahulu saya suka ceramah di kalangan orang-orang kaya. Waktu saya ceramah di rumahnya Abu Rizal Bakrie yang saat itu sedang berduit-duitnya, saya duduk dalam 1 karpet, ketika krismon pada waktu itu, sekretarisnya bilang pada waktu itu, tahu tidak berapa harga karpet ini. Saya bilang tidak tahu, saya pikir sejadah biasa. Dia bilang karpet ini harganya 100 ribu dollar. Karpet kecil harganya 1,6 M. Waktu saya selesai ceramah dikasih amplop, amplopnya tipis. Saya bilang sama sekretarisnya. Ini amplop kembalikan kepada dia. Bilang sama beliau saya cuma ingin berkawan dengan dia. Dia belajar agama sama saya, saya belajar dunia sama dia. Kalau saya terima ini, nanti saya dianggap ustadz dan dia tidak dengar kata-kata saya. Saya mau bersahabat dengan dia. Jangan kasih saya amplop lain kali. Supaya kita bergaul. Setiap kali saya datang ke kelompok yang pengusaha kaya itu saya selalu menolak, saya tidak terima ini saya ingin bergaul dengan bapak, saya ingin jadi teman.

Alhamdulillah dari situ saya banyak teman dari kelompok orang-orang kaya, dan kalau datang kita belajar, saya bertanya sama mereka kenapa begini, bagaimana caranya, bertanya kita belajar. Memang di jurusan saya dia belajar dari saya kalau ada yang perlu didoakan panggil saya, bisa. Tapi kan saya tidak punya ilmu bikin duit sebelumnya, saya perlu belajar dari orang yang ahli. Jadi dalam bab itu saya murid, dalam bab saya dia murid. Jangan karena kita sering ceramah, terus semua orang kita anggap murid dalam segala aspek.

Saya bergaul dengan orang-orang kaya dan saya belajar dengan mereka. Saya belajar bagaimana caranya bikin duit, bagaimana caranya bikin perusahaan sama-sama dan saya tidak malu. Bergaul dengan mereka itu dari sekarang. Jangan tamak pada hartanya tetapi ambil ilmunya. Jangan minder bergaul dengan orang kaya seperti itu. Awal lahirnya reformasi, setelah kalah dalam pemilu 1999, kita Poros Tengah kumpul di rumahnya Fuad Bawazir. Semua orang diam, ada Amin Rais, Yusril, semuanya diam karena main. Karenanya kita semuanya kalah, tadinya sombong semua. Pak Amin Rais mengatakan sebelum pemilu, “Nanti Golkar kita lipat-lipat, kita tekuk-tekuk, kita kuburkan di masa lalu.” Tidak tahunya Golkar masih di nomor 2. Partainya Pak Amin rendah perolehan suaranya. Suara umat Islam rendah, Jadi berkumpulah orang-orang kalah ini selama 2 hari. Waktu itu Pak Amin sedang dikejar-kejar terus oleh Dubes Amerika untuk membuat pernyataan bahwa pemenang pemilu legislatif yang paling layak jadi Presiden, tapi Pak Amin menghindar. Jadi saya datang ke rumah Pak Fuad Bawazier, saya bilang Pak Fuad, saya ini bukang orang politik, saya ini ustadz. Yang saya pelajari dalam syariat kita ini kalau kita sedang kalah seperti ini jalan keluarnya adalah i’tikaf. Kita belajar banyak istighfar, tilawah dan seterusnya. Jauhi dulu wartawan, mungkin dosa-dosa kita banyak sehingga kita kalah. Dia bilang bener juga ya. Cuma kalau kita i’tikaf di Indonesia tetap saja diketahui wartawan. Kalau begitu kita umrah, Antum ikut ya dari PKS umrah. 4 orang dari PAN, dari PKS sekitar 3 orang, 4 orang ini naik bisnis first class, sedang kita dikasih ekonomi. Yang beli tiket dia soalnya. Mau diprotes bagaimana. Kita cuma dihargai begini, terima apa adanya dahulu. Tapi waktu itu kita dengan lugu datang menghadap Pak Fuad. Saya bilang Pak Fuad berapa harga tiket First Class. Dia bilang pokoknya 2 kali lipat dari harga ekonomi. Jadi kalau tiket ekonomi pada waktu itu 1000 dollar harga first class itu sekitar 2000 dollar. Kenapa kita tidak sama-sama di kelas ekonomi saja, dan selisihnya kita infaqkan untuk orang miskin. Ini kan masyarakat kita lagi susah. Dia ketawa dia bilang ya akhi, nanti ini ana infaq lagi insya Allah untuk orang faqir, tapi ana tolong dong di first class tidak mungkin ana turun di kelas bawah.

Kita tidak tahu apa nilai yang berkembang pada orang kaya, kenyamanan itu adalah nilai pada mereka. Mereka menghemat energi, tenaga. Dan, angka besar pada kita itu angka kecil bagi mereka. Uang 1 milyar 2 milyar itu uang jajan. Kalau kita, belum tentu punya tabungan sampai mati sejumlah itu. Itu masalah cita rasa. Cita rasa pada orang kaya itu berbeda. Ini yang kita pelajari, yang dianggap besar oleh mereka itu adalah ini. Dengan begitu kita menjiplak sedikit emosinya. Karena dalam pergaulan itu, kalau kita bergaul dengan seseorang itu, kalau bukan api dia parfum, Kalau dia parfum dia menyebarkan wangi, kalau dia api menyebarkan panas, Orang jahat itu api, kalau anturn dekat-dekat akan menyebarkan panas. Orang baik itu parfum, kalau antum dekat-dekat setidak-tidaknya bau badan kita tertutupi oleh parfum tersebut. Jadi ikut-ikut karena kita ingin perbaiki selera. Jadi antum kalau punya waktu-waktu kosong jalang-jalanlah ke mall, lihat-lihat orang kaya tidak usah belanja, liha-lihat saja dulu, memperbaiki selera. Datang ke showroom mobil, datang ke pameran mobil, lihat-lihat pegang-pegang. Rajinlah berdo’a. Bergaullah dengan orang kaya.

Selain itu, rajinlah berinfaq walaupun kita miskin. Gunanya apa? Supaya antum tetap mengganggap uang itu kecil dan supaya tidak ada angka besar dalam fikiran kita. Misalnya kita punya tabungan 10 juta, infaqkan. Supaya antum meneguhkan, mesti ada yang lebih besar dari ini. Jadi angka itu terus bertambah di kepala kita, walaupun dalam kenyataannya belum. Tetapi dengan berinfaq seperti itu, kita memperbaiki cita rasa kita tentang angka. Bukan sekadar dapat pahala tetapi efek tarbawinya bagi kita akan bertambah terus. Kita belum pernah merasakan bagaimana menginfaqkan mobil, sekali waktu kita berusaha untuk menginfaqkan mobil. Begitu antum punya uang sedikit terus berinfaq, terus seperti itu kita latih sambil menjaga jarak. Kita membuat sirkulasi jadi bagus.
Kelima adalah mulailah melakukan bisnis real. Terjun ke dalam bisnis secara langsung. Karena Rasulullah SAW mengatakan 9 per 10 rezeki itu ada dalam perdagangan. Saya juga ingin menasehati ikhwah-ikhwah yang sudah jadi anggota DPR dan DPRD, jangan mengandalkan mata pencaharian dari gaji DPR dan DPRD. Itu bahaya. Sebab belum tentu kader-kader di Riau ini nanti masih menginginkan Pak Khairul untuk periode selanjutnya. Belum tentu juga jama’ah menunjuk kita lagi sebagai anggota dewan, padahal gaya hidup sudah berubah. Anak-anak kita kalau kenalan dengan orang, bapak saya anggota dewan padahal itu hanya sirkulasi. Jadi setiap kali kita mendapatkan pendapatan dari gaji karena pekerjaan seperti ini, kita-harus hati-hati itu bahaya. Jadi pendapatan paling bagus itu tetap dari bisnis. Oleh karena itu, mulai sekarang itu belajarlah terjun ke dunia bisnis.

Jatuh bangun waktu bisnis tidak ada masalah, terus saja belajar. Tidak ada juga orang langsung jadi kaya. Yang antum perlu terus berbisnis. Begitu juga dengan para ustadz, teruslah bisnis. Begitu juga dengan seluruh pengurus DPW-DPD dan seterusnya. Teruslah berbisnis. Lakukan bisnis sendiri. Sesibuk-sibuknya kita, kita perlu mempunyai bisnis sendiri sekecil-kecilnya. Tidak boleh tidak. Itulah sumber rezeki yang sebenarnya. Kalau antum mau kaya sumbernya adalah dagang. Rezeki itu datangnya dari 20 pintu, 19 pintu datangnya dari pedagang dan hanya 1 pintu untuk yang bekerja dengan keterampilan tangannya, yaitu para professional. Misalnya akuntan itu kan professional, pekerja pintar, tapi kalau sumber rezekinya satu makanya uangnya terbatas. DPR juga begitu sumbernya satu, yakni gaji bulanan, itu hanya 5 tahun. Itu pun kalau tidak di PAW sebelumnya. Jadi kalau saya ketemu dengan ikhwah dari dewan, hari-hati jangan sampai mengandalkan mata pencaharian dari situ. Selain itu potongan dari DPP, DPW, DPD juga besar. Untuk ma’isyah sendiri kita harus cari di sumber lain.

Waktu kita terjun ke bisnis, kita pasti gagal. Gagal pertama, gagal kedua, gagal ketiga, gagal keempat tapi teruslah jangan pernah putus asa. Saya punya partner bisnis. Dia mulai bisnis umur 16 tahun, semua jenis pekerjaan sudah dia lakukan. Pada suatu waktu dia mempunyai 38 perusahaan tapi dari 38 perusahaan ini hanya 6 yang menghasilkan uang, Kita lihat berapa ruginya. Jadi seringkali kita salah pandang terhadap orang kaya. Kita pikir tangannya tangan dingin semua yang disentuh jadi uang. Ternyata tidak juga.

Jadi hal-hal seperti itu harus kita hadapi secara wajar jangan shock kalau rugi. Jangan berfikir dengan berdagang antum akan cepat jadi kaya, yang menentukan antum cepat berhasil dalam dagang itu adalah secepat apa antum belajar. Cara belajar itu ada dua: baca buku atau sekolah atau bergaul dengan orang-orang sukses, nanti kalau sudah baca buku sudah bergaul dengan orang sukses, masih gagal juga. Teruslah berdagang, teruslah-bergaul, teruslah seperti itu karena setiap orang tidak tahu kapan saatnya dia ketemu dengan momentum lompatannya.

by : Anis Matta, Lc (Soekarno Muda)

Sumber :http://pks-kotatangerang.or.id/2013/03/15/hidup-mewah-dengan-paradigma-islami-taujih-anis-matta/

Jumat, 20 April 2012

Anis Matta Mengguncang Bangsa

Jumat, 20 April 2012

Oleh: Muhammad Elvandi, Lc.

"Pahlawan Muda...ditangan merekalah, Indonesia akan mengambil gilirannya, bukan hanya dalam mensejahterakan negerinya, tapi juga dalam memimpin dunia yang mulai terseok-seok!", kalimat itu ia teriakan ditengah ribuan pendengar.
Semua sepi, semua hening, dan nafas-nafas tertahankan di dada hanya untuk mendengarkan setiap butir kata, yang ia ucapkan penuh makna. Kata-katanya menjadi inspirasi, menyentuh pribadi, bagi trainer, bagi guru, bagi penceramah, dan bagi seluruh pemuda di penjuru negeri dengan semangat berapi-api.
Ialah H. Muhammad Anis Matta, Lc. Masa mudanya tak ia habiskan berhura-hura, namun penuh gelora berjuang dan membaca. Prestasi SD nya jelek tak seberapa, tapi di Pesantren (Darul Arqam) Gombara, posisinya kukuh tak bergeser dari kursi juara, dari tahun 80 hingga 86.
Organisasi dikenalnya sejak kecil, dan kelas satu SMA sudah bukan lagi anggota biasa, tapi sudah mampu menjadi instruktur IPM lalu kelas dua menjadi sekretaris cabang Muhammadiyyah. Namun tumpukan prestasi masa muda tak membuat ia berbangga. Ia rasakan kepedihan batin, keresahan membuncah-buncah, juga panggilan nurani untuk tak henti mengasah diri.
LIPIA Jakartalah jamuan sejarah baginya walau kesempatan kuliah di Fikom UNHAS juga terbuka.
Ia lahap dua belas jam sehari buku-bukunya saat liburan, dan lima jam di luar diktat saat masa kuliahan. Bahkan dosen LIPIA nya berkata "
jika saja ada nilai lebih dari mumtaz, Anis Matta pasti kan mampu melibas", maka dari itu tak pernah sekalipun ia terkalahkan sebagai orang tercerdas juga tergigih, dalam nilai kuliah akhir ataupun ratusan buku mutakhir, dari Psikologi terapan, teori-teori belajar, pengembangan diri, konsep-konsep Politik, negara, pergerakan, bisnis, dan sastra-sastra tingkat dunia.
Setuntasnya dari kuliah, ia menumpahkan semangat mudanya dalam pergerakan. Membina dan berorganisasi, berceramah dan menulis, hingga tahun 1998 dipercaya menjadi Sekretaris Jendral Partai Keadilan (PK). Saat itu usianya baru 30 tahun. Kinerja dan karya nyatanya ia sempurnakan dengan gilang-gemilang, sampai-sampai tahun 2000 ia berkesempatan mengikuti program
American Young Council for Young Politician Leader (ACYPL) di Amerika.
Tak kurang bergengsinya, setelah ia menamatkan Kursus Singkat Angkatan (KSA) Lemhanas, ia kemudian menjadi instukturnya, tak kepalang tanggung, jendral-jendral ia latih disana.
Sekarang ia berjuang dalam posisinya sebagai wakil ketua DPR RI. Dan tetap dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal PKS, sehingga ada anekdot
'siapapun presiden PKS, Sekjennya Anis Matta'.
Istrinya Anaway Irianti. Dan karena tingginya naluri seni serta keindahan yang mekar bersemi dalam jiwanya, maka selera percintaannya pun tidak sembarangan, bercita rasa tinggi, sehingga istri keduanya adalah seorang dara Eropa Timur, Hongaria, Fabula Szilvia yang dinikahinya beberapa tahun yang lalu.   
Bakat masa kecilnya sebetulnya cerpen dan puisi. Keduanya lalu tenggelam dan terkubur beberapa lama, tapi kembali menyeruak di masa-masa kini, membuat tulisan-tulisan ilmiahnya kuat, berisi, dan sastrawi. "
cerdas bermetafora, puitis disini sana" Taufiq Ismail Sang Penyair mengomentari, juga
fasihun, balighun, muatsirun finnafs sesuai balaghoh sejati.
Semua keindahan tulisan, dan kejelian analisis itu terkumpul dalam: Konsep Seni dalam Islam (1995), Wawasan Islam dan Ekonomi (1997), Sepanjang Hari Bersama Allah: Seni Berdo'a (1997), Biar kuncupnya mekar menjadi bunga (2000), Membangun karakter muslim (2002), Model Manusia Muslim Abad 21 (2002), Menikmati Demokrasi (2003), Dari Gerakan ke Negara (2006), Serial Cinta (2006).
Dan gaya tulisannya bisa dikatakan bermuatan berat seberat Malik bin Nabi namun indah seindah Mustafa Sadek Arrafi'i.
Ia pernah beberapa kali menjadi penerjemah khusus jika Syaikh Yusuf Qardawi berkunjung ke Indonesia. Dan ketika Yusuf Qardawi, dalam sebuah ceramah, mempersilakan Anis Matta untuk menterjemahkan kata-katanya setiap sepuluh menit, dengan percaya diri Anis Matta mempersilakan Yusuf Qardawi melanjutkan ceramahnya, dan ia terjemahkan setelahnya ke dalam bahasa Indonesia sepanjang aslinya, hebatnya lagi dengan terjemahan tekstual, bukan tafsiran.
Anis sering didaulat mengisi bermacam ceramah, seminar, taushiah, di berbagai komunitas: komunitas remaja, orang kantoran, pejabat, aktivis, mahasiswa, ibu-ibu, juga kalangan jetset yang jika ditawari 'amplop' ceramah puluhan juta, ditolaknya dengan halus, karena selain ia ingin menyebar nilai Islam di berbagai lapisan masyarakat, ia ingin pula membangun persahabatan dengan beragam lapisan itu tanpa imbalan.
Ia tak hanya berda'wah di dalam negeri, suaranya melengking hingga menembus negara-negara asing, benua Amerika, puluhan negara Eropa, jepang, Australia, dan negera-negara Timur Tengah tentunya. Sehingga ia mengokohkan dirinya sebagai seorang da'i, pemikir muslim, ilmuan, berlevel internasional, ini dari satu sisi.
Sedang dari sisi lain, ia sedang tumbuh menjadi negarawan baru bangsa. Ceramahnya yang dulu bertempo lambat, sering terbata-bata dan salah kata, telah ditambal dan di sulam. Ia sekarang mampu beretorika dalam debat-debat nasional, dengan argumen logis, sistematis, puitis, dan berbekal data-data empiris. Sehingga misalnya dalam dialog-dialog besar yang menghadirkan para doktor politik dan sosial, aura mereka tenggelam dalam bangunan keilmuan Anis yang tinggi menjulang, luas membentang, hanya bermodalkan Lc pula.
Ia adalah satu-satunya debator yang ditakuti Ulil Abshar Abdalla Sang Kordinator JIL yang kesohor itu, sehingga ia ciut tidak berani menghadapi Anis dalam debat publik.
Lebih jauh lagi, Anis telah mengembangkan kemampuan baru retorikanya: orasi. Walau belum lagi sempurna, namun ia sedang berjalan memenuhi kualifikasi seorang negarawan yang dibutuhkan Indonesia sebagaimana dalam tulisannya,
'bukan karena kita menang pemilu saja maka kita memimpin' , ia melihat bahwa basic competent seorang pemimpin negara adalah
Narrative Intelligent, yang terwujud dalam orasi dan tulisan yang tajam.
Sehingga Anis berkukuh bahwa seorang pemimpin besar haruslah orator ulung dan penulis yang memukau, mutlak, jika tidak, ia tidak akan abadi. Dan ketika ditanyakan bangunan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang negarawan, ia mengurutkan "...
sejarah, sastra, dan kebudayaan, baru ke Psikologi, Sosiologi, Ekonomi, Hukum, dan ilmu politik.
Selain itu basis bahasa dan ilmu komunikasi, negarawan adalah pemikir strategis dan pelaku kepemimpinan, designing and leading". Dan Anis dalam perjalanan mencapainya, di usianya yang baru akan mencapai 44 tahun pada 7 Desember nanti.
Gagasan-gagasan iklan PKS Anis, dikenal kontroversial, namun seorang pakar hipnotis asal Bandung, Muhammad Isman Richmarch Hakim, mengatakan bahwa iklan-iklan itu justru iklan Politik tercerdas yang pernah ada karena selain muatannya berisi pesan bijak kepahlawanan, juga karena sekali-dua kali beriklan saja namun meraup simpati massa meruah-ruah tak terkira, sebuah tambahan lagi bagi prestasinya, karena ialah sang panglima TPPN (Tim Pemenangan Pemilu Nasional) PKS saat pemilu 2009.
Bagi Anis, "..kerja belum selesai, belum apa-apa" sebagaimana syair Chairil yang dikutipnya di tulisan
'O, Pahlawan Negeriku ', ia berkeyakinan bahwa orang besar adalah orang yang berorientasi pada kerja-kerja besar, cita-cita besar dan melupakan semua kerja-kerja kecil yang pernah diraih.
Orang besar diukur oleh kontribusi pada kemanusiaan, sehingga ia pernah berseru-seru dalam puisi agungnya,
Nyanyian Pahlawan, "
Katakan padaku wahai hari, apa yang dapat kuberikan pada sejarah hari ini, katakan padaku wahai malam, berapa bintang kau perlukan untuk menerangi langitmu".
Sehingga wajar saja bagi PKS yang meyakini kesepakatan tak tertulis bahwa jika ada agenda-agenda raksasa partai yang mustahil, serahkan saja pada Anis Matta.
Dan standar cita-cita bagi Anis, ketika saatnya PKS memimpin dan membangun negara Indonesia, semua itu bukanlah akhir, tapi awal sebuah peradaban dunia.
Sehingga yang tersisa adalah ungkapan pemikir Syiria, Syakib Arslan 'Ma a'dzama hadza diin lau kana lahu rijal ' [alangkah besar agama ini kalau saja ia memiliki tokoh-tokoh besar].
Lelaki itu telah ada, dan telah lahir. Sudah meraup bermacam ilmu serta berkeras tekad sejak dahulu. Indonesia sedang menunggunya naik gelanggang. Indonesia sedang menyaksikan seorang anak kampung Bone Sulawesi Selatan tumbuh untuk mengguncang bangsa.
Dimana dia berada? Anak kampung itu melantangkan lagi puisinya "
Wahai Umat wahai bangsa, Aku selalu ada disini, saat darah saat air mata, Aku datang mengantar umat, pada gerbang sejarah baru"

Minggu, 18 Desember 2011

pengaruh dosa


PENGARUH DOSA



       I.            Mukadimah


Setiap ada pelanggaran sekecil apa pun,  pelanggaran itu pasti akan diberikan sanksi dan hukuman oleh Allah SWT. Tidak ada pelanggaran yang dilakukan manusia yang luput dari pantauan Allah dan pengawasann-Nya. Akan tetapi, hukuman yang Allah akan berikan dan timpakan kepada setiap pelanggar ketentuannya bisa dipercepat. Hal ini berarti hukumannya bisa didapatkan di dunia dalam bentuk yang ditentukan dan dikehendaki-Nya. Dari kebanyakan hukuman itu, ada yang ditangguhkan sampai datang hari pembalasan. Namun, pengaruh negatif dari segala bentuk dosa itu bisa dirasakan dan didapatkan oleh pelaku secara khusus, dan mungkin berimbas kepada masayarakat yang ada disekelilingnya secara umum.


    II.            Pengaruh Dosa


Segala bentuk kemaksiatan memiliki  pengaruh negatif dan berbahaya bagi hati dan jasmani,  baik di dunia maupun di akhirat. Kebanyakaan dari  pengaruh dosa itu tidak diketahui, kecuali oleh Allah SWT. Adapun pengaruh dari dosa itu adalah sebagai berikut.

1. Terhalang dari Cahaya Ilmu

            Pelangaran atas setiap ketentuan Allah merupakan sebuah kebodohan. Ilmu adalah cahaya Allah yang disimpan di dalam hati seseorang yang dikehendaki-Nya, dan kemaksiatan bisa memadamkan cahaya ilmu.
Suatu ketika Imam Syafi’i duduk dihadapan Imam Malik dan membacakan sesuatu kepadanya, maka Imam Malik merasa kagum dengan apa yang ia lihat dari kesempurnaan kecerdasan, kepandaian yang gemilang, dan pemahaman Imam Syafi’i atas ilmu yang paripurna. Imam Malik lalu berkata, ”Aku berkeyakinan bahwa Allah telah meletakkan cahaya di dalam hatimu, maka jangan padamkan cahaya itu dengan kegelapan kemaksiatan.” [1]

Adapun Imam Syafi’i  berkata dalam lantunan bait syairnya.
Aku mengadukan kekurangmantapan hapalanku kepada Imam Waki’i

Maka, dia memberi nasehat untuk meninggalkan segala bentuk maksiat

Dan dia berkata, “Ketahuilah,  bahwasanya  ilmu adalah anugerah Ilahi
Dan anugerah Ilahi itu tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.

2. Kegalauan Menyelimuti Hati

            Pelaku kemaksiatan akan menemukan kegalauan, ketakutan, dan kegundahan jiwa di salam hatinya. Pelaku dosa tidak akan menemukan kelezatan hati, walaupun segala bentuk keindahan dan saran hidup yang berbentuk materi dia miliki. Akan tetapi, kegundahan itu tidak akan hilang. Sebab, kelezatan hati  dan ketenangan jiwa hanya akan didapatkan oleh orang yang memiliki hati yang hidup, yang selalu disiram oleh iman dan keta’atan. Sebuah peribahasa Arab melukiskan, ”Sakit karena luka tidak dirasakan oleh orang telah mati”, dan  kemaksiatan merupakan sebab kematian hati seseorang.
Dikisahkan oleh para ulama bahwa seseorang pernah mengadu kepada salah seorang dari mereka. Ia merasa dirinya menemukan kegalauan, kegundahan hidup, dan kengerian dalam hatinya. Maka, dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya dosa–dosa telah membuat hatimu gundah gulana, maka tinggalkanlah dosa-dosa itu jika kamu mau (berkehendak) dan hiduplah dalam ketenangan.”
            Tidak ada dalam hidup ini yang paling menyakitkan hati, kecuali kegalauan dan  kegundahan hati yang diakibatkan oleh dosa yang menimpa pelakunya. Semoga Allah menolong kita dari hal tersebut.[2]

3. Ketakutan untuk Berinteraksi dengan Orang Lain

            Ada ketakutan yang dirasakan oleh pelaku dosa untuk melakukan hubungan dengan orang lain, terutama dengan para pelaku kebaikan dan orang-orang soleh. Seolaha da penghalang dan jurang yang sangat dalam, yang memisahkan antara dirinya dengan orang-orang yang baik dan soleh. Ketika kekhawatiran itu semakin kuat, maka semakin jauh pula hubungan dirinya dengan mereka. Akibatnya, dia tidak akan mendapatkan manfaat keberkahan dan kebaikan dari mereka. Oleh karena itu, dia akan semakin dekat dengan tentara syetan (hizbusysyaithan) sesuai dengan kejauhan dirinya dari wali-wali Allah (hizbullah), dan sekaligus jauh dari Allah  Yang Maha Rahman, dikarenakan kemaksiatan yang dia lakukan. Akhirnya, dia merasa terisolasi dari kehidupan bermasayarakat terutama dengan orang-orang soleh, bahkan sampai terhadap istri, orang tua, anak, dan keluarga secara luas. [3]
Salah seorang ulama soleh terdahulu mengatakan, “Aku bisa melihat akibat perbuatan maksiatku  pada perilaku kendaran dan istriku.”

4. Kesulitan dalam Setiap Urusan

            Pelaku kemaksiatan akan menemukan segala bentuk kesulitan dalam setiap urusannya. Apabila dia dihadapkan dengan sebuah urusan, maka seolah semua pintu penyelesaiannya tertutup dan terkunci rapat. Hal ini kebalikan orang yang dekat dengan Allah (orang bertaqwa), karena orang seperti itu akan selalu diberikan jalan keluar dari setiap permalasannya.

“...Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar bagi dirinya.” (ath-Thalaaq (65) : 2)

Adapun barangsiapa yang mematikan ketakwaannya dan menggantikannya  dengan kemaksiatan terhadap Rabb-nya, maka Allah akan menjadikan segala urusannya sulit. Sungguh mengherankan, bagaimana kehidupan seorang hamba—yang semua pintu kebaikan dan ketakwaan tertutup rapat bagi dirinya serta seluruh jalan menujunya sulit ditempuh dan ditelusuri, tetapi dirinya tidak mengetahui penyebab semua itu. Ketahuilah, wahai hamba Allah, bahwa kemaksiatanlah penyebabnya.[4]

5. Kegelapan yang Hakiki di dalam Hati

            Pelanggaran terhadap ketentuan Allah adalah kedzaliman, dan kedzaliman adalah kegelapan bagi pelakunya. Pelaku maksiat akan merasakan kegelapan hati, sebagaimana dirinya merasakan gelap gulita di malam hari. Seorang pendosa akan menemukan kegelapan hati seperti kenyataan keseharian dikala malam tiba dengan gelap gulita yang menakutkan, sehingga dirinya tidak bisa melihat kebenaran yang semestinya dia lakukan. Cahaya ketaatan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan sudah ditutupi oleh kelamnya kemaksiatan. Bahkan ketika kegelapan bertambah, maka bertambah pula kebingungan, dan ia akhirnya terjerumus pada bid’ah, kesesatan, dan  hal-hal yang membinasakan, sementara ia tidak menyadarinya. Perumpamannya seperti orang buta yang keluar sendirian dimalam hari. Kekuatan kegelapan maksiat ini bisa tampak pada sorot mata serta raut muka dan setiap orang bisa melihatnya.
Abdullah bin Abbas ra berkata,  “Sesungguhnya kebaikan itu memberikan cahaya pada wajah pelakunya, menjadi pelita bagi hati, memberi kelapangan rizqi, membentuk kekuatan jasad, dan membuat orang-orang mencintainya. Adapun sesungguhnya kejahatan itu membuat muka carut marut, memberi kegelapan dalam hati, kelemahan pada badan, mengurangi pintu rizqi, dan membuat orang lain membencinya. [5]

6. Memperlemah Hati dan Jasad

            Pengaruh kemaksiatan terhadap hati merupakan hal yang sangat mudah kita temukan. Hal ini disebabkan karena  kelemahan hati itulah seseorang bisa terjerumus dan berani melanggar aturan Allah dengan melakukan kemaksiatan. Adapun bila kemaksiatan  terus menerus dilakukan, maka ia bisa mematikan hati secara keseluruhan. Artinya, hati tidak akan memiliki saluran untuk program kebaikan sedikit pun. Maksiat mempunyai  pengaruh terhadap daya tahan tubuh, dikarenakan kekuatan tubuh tertumpu pada kekuatan hati. Dikala hati memiliki kekuatan, maka tubuh secara spontan akan memiliki daya tahan yang kokoh. Inilah hati dan badan hamba-hamba Allah yang taat an soleh. Adapun orang jahat, walaupun tubuhnya kekar, pada hakekatnya dirinya adalah orang yang paling lemah dikala dihadapkan dengan kebutuhan. Cukuplah sejarah menjadi bukti kongkrit yang bisa dijadikan dalil atas hal dia atas. Betapa kuatnya Bangsa Romawi dan Persia secara fisik, namun mereka dikalahkan oleh orang-orang yang beriman yang memiliki kekuatan tubuh, terutama kekuatan hati.[6]

7. Menjauhkan Seseorang dari Ketaatan

            Keta’atan dan kemaksiatan adalah dua hal yang saling bersebrangan. Tidak akan terjadi perkumpulan diantara keduanya, bahkan yang akan terjadi adalah pergumulan yang saling mengalahkan. Maka, apabila seseorang terjerumus dengan kemaksiatan berarti dirinya sudah mengalahkan ketaatan. Seandainya kemaksiatan tidak memiliki hukuman—kecuali terhalangnya seseorang dari ketaatan, maka sebagai pengganti dosa itu adalah menghalangi ketaatan selanjutnya, kemudian dari ketaatan yang ketiga, dan terus seperti itu, sehingga tidak ada ketaatan lagi, kecuali terputus dan terhalang oleh kemaksiatan yang sudah dilakukannya. Dengan demikian, kemaksiatan itu akan menghalangi dari ketaatan yang demikian banyak jumlahnya, padahal setiap bentuk kebaikan yang terhalang itu memiliki pahala yang lebih baik dari dunia beserta isinya ini. Perumpamaan dosa yang menghalangi ketaatan itu persis seperti seseorang yang memakan satu hidangan  yang menimbulkan penyakit yang cukup lama, sehingga memaksa dirinya untuk tidak makan hidangan-hidangan selanjutnya, padahal kualitas hidangan itu lebih enak dan lezat dari yang ia makan.[7]

8. Melakukan Kemaksiatan Memberikan Celah Kemaksiatan Lain.

            Sesungguhnya segala bentuk kemaksiatan merupakan  satu proyek yang dibangun oleh iblis dengan seluruh bala tentaranya. Oleh sebab itu, melakukan satu kemaksiatan merupakan bibit unggul yang akan melahirkan kemaksiatan lainnya, sehingga apabila seseorang sudah tertawan oleh kemaksiatan, maka sulit kiranya untuk melepaskan dari genggamannya. Sebagian ulama salaf mengatakan, ”Sesungguhnya sebagian dari hukuman kejahatan adalah timbulnya kejahatan  lainnya.” Demikianlah seterusnya.
Hal ini disebabkan segala bentuk ketaatan dan kemaksiatan itu laksana karakter yang sudah mendarah daging dan menempel pada setiap pelakunya. Apabila orang soleh yang taat meninggalkan ketaatan, maka dirinya akan merasa tersiksa dikarenakan hilangnya satu kesempatan untuk mendapatkan kebaikan, seolah dirinya adalah ikan yang berpisah dengan air yang merupakan tempat hidupnya. Demikian pulalah orang yang jahat, apabila dirinya tidak melaksanakan kemaksiatan, maka dadanya merasa sesak. Semua jalan kebaikan yang ada dihadapannya buntu dan tetutup, karena kemaksiatan sudah menjadi makanan dan minuman kesehariannya. Apabila seseorang terbiasa dengan kemaksiatan, maka setan akan datang memberikan bantuan, sekaligus mengangkatnya menjadi prajurit yang siap diperintah untuk menyesatkan manusia lainnya.[8]

           III.          Penutup

Semoga Allah memberikan pertolongan dan kekuatan  kepada kita untuk senantiasa mampu melawan setan dan kemaksiatan: dengan memberikan ilmu, ketenangan jiwa, kekuatan hati dan menyinari dengan cahaya-Nya yang tak pernah redup. Semoga taufiq dan hidayah-Nya juga senantiasa melimpah, agar kita mampu untuk melakukan segala bentuk ketaatan demi memperoleh kebaikan, keberkahan, dan keridhaan Allah Rabbul ’Alamin. Amiin.

Waallahu a’lam bish-shawwab.
            Tim Almanar


[1] . Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Al-Jawabul Kaafi. Tunist: Maktabah Darut. 1989 M/1409 H, hlm. 104
[2] . Ibid, hlm. 104-105
[3] . Ibid, hlm. 105
[4] . Ibid, hlm.105
[5] . Ibid, hlm.105-106
[6] . Ibid, hlm.106
[7] . Ibid.
[8] . Ibid, hlm.108-109

Jumat, 02 Desember 2011

AKAR-AKAR DOSA DAN KLASIFIKASINYA

             I.      Mukadimah

           
            Dosa adalah hijab (penutup) antara hamba dan Rabbnya, yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, menghindari perbuatan yang dapat menghalangi kita dari Allah SWT adalah wajib hukumnya. Namun, menjauhi dosa tidak akan terealisasi secara maksimal, kecuali bila dilakukan dengan tiga hal.

  1. Ilmu
  2. Penyesalan (Nadam)
  3. Niat untuk menghindari dosa (Azm)

Apabila seseorang tidak mengetahui bahwa dosa merupakan hal yang dapat menjauhkan dirinya dari Allah, maka dia tidak akan merasa menyesal atas dosa yang dilakukannya, dan ia juga tidak merasa risih dengan perilakunya yang jauh dari Tuhannya. Semua itu mengakibatkan ia tidak akan pernah kembali kepada jalan yang benar, yaitu jalan taubat. Oleh karena itu, mengetahui akar-akar dosa—yang merupakan sumber datangnya sebuah dosa—merupakan sebuah kewajiban, sehingga dengan pengetahuan tersebut seorang hamba Allah tidak mudah terjerumus ke dalam lembah dosa.


          II.      Akar-akar Dosa

            Dosa mempunyai tingkatan-tingkatan yang berbeda. Ia berbeda dari sisi kualitas,  pengaruh, serta akibat kerusakannya. Maka, hukumannya pun berbeda, baik hukuman di dunia maupun di akhirat. Kita akan mencoba—dengan pertolongan Allah—untuk membahas hal tersebut.
            Asal segala bentuk dosa itu kembali kepada dua hal.
1.      Meninggalkan segala perintah Allah SWT.
2.      Melanggar segala hal yang dilarang-Nya.

Kedua bentuk dosa tersebut adalah dosa yang digunakan Allah untuk menguji nenek moyang jin, yaitu Iblis, dan dan nenek moyang manusia, yaitu Adam as.
            Meninggalkan perintah Allah dan melanggar yang diharamkan-Nya merupakan asal segala bentuk dosa. Hal ini pada dasarnya berhulu kepada dua sebab: syahwat dan syubhat.
            Syahwat yang ada pada diri manusia merupakan saluran setan untuk menjerumuskan manusia kepada lembah dosa dan durjana. Setan memiliki langkah serta strategi yang jitu agar manusia menjadi pengikutnya, bahkan lebih jauh lagi supaya manusia menjadi tentara setan,  yang nantinya berusaha menyesatkan manusia lainnya. Apabila syahwat seseorang tidak dibimbing oleh akal dan aturan Allah SWT, maka ia akan selalu berusaha untuk memenuhi syahwatnya tanpa aturan dan bimbingan. Hal ini merupakan pembangkangan terhadap segala perintah dan larangan Allah SWT, dan itulah dosa.
            Adapun syubhat, secara etimologi, berarti kemiripan, keserupaan, persamaan, dan ketidakjelasan. Al-Imam al-Ghazali mendefinisikan syubhat dengan perkataan:  “Sesuatu yang masalahnya tidak jelas, karena di dalamnya terdapat dua keyakinan yang berlawanan, yang timbul dari dua faktor yang menimbulkan dua keyakinan tersebut.” [1]
Maka, pengertian umum dari kata syubhat adalah sesuatu yang tidak jelas: apakah sesuatu itu  benar atau salah; atau masih mengandung kemungkinan benar dan salah. Adanya syubhat pada diri seseorang merupakan hasil rekayasa setan melalui strategi taswisnya (rekayasa membuat keraguan). Syubhat mengakibatkan para pemeluk agama menyelewengkan ajaran agama yang sebenarnya, dan syubhat jugalah yang membuat  peletak serta pengikut aliran-aliran keagaman sesat membangkang terhadap ajaran Allah SWT.


       III.      Empat Induk dan Sumber Segala Dosa

            Setelah kita memahami bahwa akar segala bentuk dosa adalah syahwat dan syubhat, maka kita harus mengetahui bahwa setan  memiliki program penyesatan untuk manusia melalui dua saluran tersebut. Program-program tersebut menampilkan sifat-sifat dosa yang pada dasarnya bermuara pada empat sifat, dan semuanya merupakan inti dari segala bentuk dosa.

Pertama, Sifat Rububiyyah (Sifat-sifat Ketuhanan).
Sifat rububiyyah adalah sifat-sifat yang hanya pantas dan layak disandang oleh Allah SWT. Oleh karenanya, apabila sifat-sifat itu ditemukan pada diri manusia, maka ia akan menjadi pendorong dan penyebab perbuatan dosa, seperti sifat sombong dan membanggakan diri, menampilkan keperkasaan, senang dipuji dan disanjung, selalu merasa tinggi, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan inti terjadinya perbuatan dosa yang sangat berbahaya dan menghancurkan, tetapi kebanyakan manusia tidak mempedulikan hal tersebut. Bahkan, mereka mengangap  semua itu bukan merupakan pelanggaran atau dosa.

Kedua, Sifat Syaithaniyyah (Sifat-sifat setan).
Sifat-sifat syaithaniyyah adalah segala bentuk karakter setan yang apabila dilakukan oleh manusia akan menjadi bukti bahwa setan sudah berhasil mensetankan manusia. Sifat-sifat tersebut seperti iri, dengki, provokatif dan menabur permusuhan,  membangkang, menipu, curang, tidak taat, munafiq, memerintahkan dan melakukan berbagai bentuk kerusakan, dan lain sebagainya.

Ketiga, Sifat Bahimiyyah (Watak Kebinatangan).
Watak kebinatangan adalah watak yang senantiasa berputar pada pemenuhan hasrat makan, minum, tidur, seks, dan insting kebinatangan lainnya yang bermuara pada pemenuhan syahwat. Adapun semua perilaku yang betujuan memenuhi gejolak syahwat tanpa aturan  adalah inti dari segala bentuk dosa. Sebab, dari sinilah terjadi perzinaan, pemerkosaan, pencurian, penyimpangan seksualitas, dan lain sebagainya.

Keempat, Sifat Sabu’iyyah (Watak Binatang Buas).
Watak ini selain bermotivasi menyalurkan hasrat kebinatangan, dia pun dibantu oleh kelebihan yang dimiliki—baik kekuatan maupun keinginan di atas rata-rata—binatang. Sifat ini akan menampilkan dosa-dosa yang sangat berbahaya dan menghancurkan, seperti marah, dengki, menyerang orang lain, memukul, membunuh, merampas, memperkosa, dan lain sebagainya.

            Keempat watak di atas merupakan induk dan sumber malapetaka dosa. Dari watak tersebut lahirlah dosa-dosa yang mengalir deras ke setiap anggota tubuh manusia. Pada awalnya watak itu mempengaruhi fikiran, lalu timbullah dosa keyakinan, kemusyrikan, keraguan terhadap kebenaran yang nyata, pemikiran-pemikiran yang menentang kebenaran mutlak dari Tuhan, nifaq, dan lain sebagainya. Watak-watak tersebut juga mempengaruhi penglihatan, pendengaran, lidah, kaki dan tangan, dan tidak ada satu pun anggota tubuh manusia yang terlepas dari pengaruhnya. Tidak ada seorang pun yang tidak tersentuh oleh segala macam bentuk dosa di atas, yang semuanya bermuara pada empat sifat di atas.


       IV.      Klasifikasi Dosa

A.       Keterkaitannya dengan pihak lain.

Jika dilihat dari keterkaitannya dengan pihak lain,  maka dosa terbagi menjadi dua bagian.

1. Dosa yang berkaitan dengan hak-hak manusia (Hak Adami).
Bentuk dosa yang berkaitan dengan hak-hak manusia permasalahannya agak rumit. Hal ini disebabkan dosa seperti ini tidak akan bebas (diampuni), selama orang yang terkait belum memaafkan dan menghalalkannya.

2. Dosa yang berkaitan langsung dengan Allah SWT.
Allah Maha Suci untuk didurhakai. Pengampunan dari segala dosa yang berkaitan dengan Allah Rabbul ’Alamin lebih dekat dan lebih dapat diharapkan, kecuali dosa menyekutukan-Nya (dosa syirik). Sebab, dosa tersebut tidak akan diampuni.

Berkaitan dengan dua bentuk dosa di atas, Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin,  Aisyah ra.

Mahkamah peradilan Allah itu ada tiga. Pertama, peradilan yang Allah tidak memperdulikannya. Kedua, peradilan dimana Allah tidak meninggalkan urusan sekecil apa pun. Ketiga, peradilan dimana Allah tidak memberikan ampunan di dalamnya. Adapun peradilan yang tidak ada ampunan di dalamnya adalah kemusyrikan. Allah SWT berfirman, ‘...Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga....’ (al-Maidah: 72). Adapun peradilan yang Allah tidak memperdulikannya adalah peradilan hamba yang mendzalimi dirinya sendiri, dan dosanya terkait antara dia dengan Allah SWT,  maka Allah akan mengampuninya dan Insya Allah dianggap tidak ada. Adapun peradilan yang Allah SWT tidak meninggalkan sekecil apapun (teliti) adalah kedzaliman yang terjadi antara hamba dengan yang lainnya, maka qishash pasti terjadi.” (HR. Imam Ahmad)

B.       Besar dan Kecilnya Dosa.

Jika dilihat dari ukuran besar dan kecilnya, maka dosa terbagi menjadi dua bagian.
1. Kabaair  (Dosa-dosa besar)
2. Shagir  (Dosa-dosa kecil)

Perbedaan pendapat  tentang dosa-dosa besar (kabaair) ini sangat banyak, dan hadits yang membahasnya pun jumlahnya berbeda-beda. Setidaknya, ada lima hadits shahih yang membahas dosa-dosa besar tersebut.

Pertama, Hadits yang disampaikan Abi Khurairah ra, “Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, ‘Jauhilah tujuh dosa yang menghancurkan.’ Para sahabat bertanya,  ‘Ya Rasulullah, apa saja yang dimaksud dengan tujuh dosa tersebut?’ Rasululllah menjawab, ‘Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang telah diharamkan oleh Allah tanpa hak, memakan riba,  memakan harta anak yatim,  melarikan diri dari medan juang ketika perang  dalam keadaan sengit, dan menuduh wanita-wanita mukmin yang baik berzina.’” (HR. Bukhari) [2]

Kedua, Hadits yang disampaikan Ibnu Mas’ud ra, “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah ditanya, ‘Apakah yang dimaksud dengan dosa besar itu?’ Maka, Rasulullah bersabda, ‘Kamu menjadikan sesuatu sebagai sekutu Allah, padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu. Kemudian Rasul ditanya lagi,  ‘Apalagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Kamu membunuh anakmu karena takut makan bersamamu.’ Kemudian ditanya lagi, ‘Apalagi?’ Rasul menjawab, ‘Kamu melakukan zina bersama istri tetanggamu.’” (HR.  Bukhari) [3]

Ketiga, Rasulullah saw. bersabda,  “Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar? Dia adalah perkataan yang keji.” Dalam riwayat lain, “Menjadi saksi atas perbuatan keji.” (HR. Bukhari)

Keempat, Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw. menyebutkan dosa-dosa besar atau Beliau ditanya tentang dosa-dosa besar, maka Beliau bersabda, ‘Dosa-dosa besar itu adalah menyekutukan Allah, bunuh diri, dan durhaka kepada orang tua’. Lalu, Beliau bertanya, ‘Maukah kalian kuberitahu tentang dosa terbesar? Yaitu Perbuatan dusta atau sumpah palsu.’” [4] 

Mengenai dosa kabaair, para ulama berbeda pendapat, dan  mereka mempunyai banyak pendapat tentang haal tersebut.. Hadits-hadits Rasulullah saw tentang kabaair tidak bisa dihitung karena banyaknya. Mungkin, syariat tidak menjelaskan dengan gamblang dan jelas dengan tujuan agar manusia sangat berhati-hati dengan urusan dosa.
            Adapun karena shagaair (dosa-dosa kecil) jumlahnya sangat banyak,  maka sulit untuk bisa dideteksi dan ditentukan. Akan tetapi, setiap orang yang beriman hendaklah mengetahui dengan baik bahwa dosa-dosa kecil itu kelak menjadi besar karena beberapa sebab, yaitu sebagai berikut.

1.        Dilakukan secara terus menerus.
2.        Menganggap enteng dosa kecil.
3.        Merasa senang setelah melakukannya, dan mencari sanjungan atas dosa tersebut
4.        Menganggap ringan dikarenakan ampunan Allah.
5.        Membeberkan perbuatan dosa dihadapan orang banyak.
6.        Pelakunya adalah orang berilmu yang menjadi panutan orang banyak.


    V.            Penutup

            Ketika manusia dihadapkan dengan segala bentuk dosa, dan dosa-dosa itu laksana seorang raja yang bengis dan berjiwa penjajah,  maka pastilah ia mulai menyerang dan membumihanguskan desa-desa, perkampungan, dan kota-kota. Maka, penduduk negeri yang ia jajah itu pun terbagi menjadi empat kelompok.

Pertama,  Binasa karena dibunuh.
Kedua, Disiksa.
Ketiga, Selamat dari kekejamannya.
Keempat, Beruntung.
           
Demikian juga halnya manusia ketika dihadapkan dengan dosa. Dosa sangat berbahaya dan menghancurkan,  tetapi sedikit manusia yang bisa mempertahankan diri darinya, dan akhirnya binasa karenanya. Di sisi lain, ada diantara mereka yang tertawan oleh dosa, maka hidupnya penuh dengan tekanan sebagai pengaruh dari dosa yang dia lakukan. Adapun orang yang tidak terpedaya rayuan setan sebagai tentara penabur kemaksiatan—, tetapi tidak begitu banyak melakukan kebajikan, itulah kelompok ketiga. Namun, sebagai orang yang beriman, kita ingin menjadi orang-orang yang terhindar dari segala bentuk dosa, dan pada waktu yang sama, berinvestasi dengan kebajikan yang banyak, sehingga ketika menghadap Allah SWT, kita akan termasuk golongan faaiziin (orang-orang yang beruntung). Amin.


[1] . al-Ghazali. Ihya Ulumuddin. Juz 2, hlm. 99
[2] . al-Bukhari. Bi Hasyiatis Sindi.  Juz 2, hlm. 156, Hadist 2766
[3] . Ibid, Juz 4, hlm. 202-203, Hadist 6811
[4] . Ibid, hlm. 57 No Hadist 5977